KASUS
Aprilia Dwi
Lestari merupakan salah satu siswa yang baru saja beranjak dari SMP menuju SMA.
Ia masuk ke sekolah ternama di Tuban, yaitu SMA N 1 TUBAN. Padahal ia berasal
dari keluarga yang tergolong menengah ke bawah. Awalnya orang tua April tidak
memperbolehkannya masuk ke sekolah tersebut karena takut tidak mampu untuk
membayar hingga lulus nanti. Namun, April terus memaksa sehingga orang tuanya
mengizinkan.
Setelah
beberapa lama berada disekolah itu, ia merasa mendapat deskriminasi dari
teman-temannya. Ia diejek karena berasal dari keluarga yang tidak mampu.
Bahkan, teman-temannya senang sekali menjahili April. Sedikit demi sedikit,
April mulai merasa dikucilkan. Awalnya, ia tidak terpengaruh dan tetap
berprilaku biasa. Namun, lama-kelamaan ia mulai merasa muak dengan keadaan yang
ada. Perilaku teman-temannya mulai membuat April tidak fokus, dan prestasi
belajarnya mulai menurun. Ini membuat April selalu stress dan merubah dirinya
menjadi siswa yang amat nakal. Di kelas April selalu duduk paling belakang,
suka membuat gaduh, tidak memperhatikan materi yang disampaikan guru,
bermain-main HP, dan terkadang sampai tertidur. Di rumah pun ia berperilaku
yang sama. Dia tidak menghiraukan nasehat orang tuannya yang menyuruhnya
belajar. Dia suka keluyuran tidak jelas. April menjadi malas belajar, tidak
pernah mengerjakan tugas. Suatu saat guru memberikan ulangan mendadak, ia
mengerjakan sebisanya dan akhirnya mendapat nilai yang paling bawah. Saat guru
tersebut bertanya mengenai materi minggu lalu, ia tidak pernah bisa menjawab.
Mengetahui hal itu, April tetap tenang dan sama sekali tidak merubah
kebiasaannya. Kurangnya ketegasan, bimbingan, motivasi, dan perhatian seorang
guru dan orang tua dalam menyikapi anak didiknya yang bermasalah bisa
menjadikan siswa menjadi nakal dan kurang bisa menghargai guru saat KBM
berlangsung.
TEORI
Aliran humanistik muncul pada
pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi terhadap teori psikodinamik dan
behavioristik. Para teoritikus humanistik, seperti Carl Rogers dan Abraham
Maslow meyakini bahwa tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan sebagai hasil
dari konflik-konflik yang tidak disadari maupun sebagai hasil pengondisian yang
sederhana. Teori ini menyiratkan penolakan terhadap pendapat bahwa tingkah laku
manusia semata-mata ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Sebaliknya, teori
ini melihat manusia sebagai aktor dalam drama kehidupan.
Aliran humanistik menolak dan menentang pada aliran
psikodinamik dan behavioristik karena bagi aliran humanistik memandang bahwa
aliran behavouristik dan psikodinamik, telah merendahkan jati diri manusia yang
dianggap robot yang mudah dikondisikan perilakunya. Dan aliran humanistik juga menganggap bahwa aliran behavioristik
dan psikodinamik itu bersikap pesimis terhadap kodrat manusia dan menganggap
bahwa manusia tidak memiliki sikap jati diri. Aliran humanistik malah
menganggap sebaliknya dengan sikap optimisnya dan menganggap bahwa potensi yang
terdapat dalam diri manusia itu merupakan sumber utama.
Humanistik merupakan perspektif ketiga dalam
konseling. Pada area di dalamnya, Rogers mempertanyakan validitas keyakinan
yang banyak dipegang oleh konselor yaitu dalam proses konseling, konselor
adalah orang yang paling mengetahui.
Maksudnya, pada dasarnya manusia itu dapat dipercaya
dan setiap manusia itu memiliki potensi, dan di dalam potensi tersebut manusia
dapat memahami dirinya sendiri dan dapat mengatasi masalahnya. Bahkan manusia
memiliki potensi untuk lebih mengembangkan dirinya, walaupun tanpa bantuan
langsung konselor.
Dalam teori humanistik, pada dasarnya manusia
memiliki potensi yang baik, baik dari imajinasi, kreativitas, daya analisis,
tanggung jawab, aktualisasi diri, pengembangan pribadi, kebebasan berkehendak,
humor, makna hidup dan lainnya. Humanistik juga menunjukkan bahwa manusia itu
makhluk yang sadar dan mandiri. Dan setiap manusia itu memiliki kecenderungan
untuk berjuang menjadi apa yang mereka inginkan.
A. Pandangan teori Rogers
Rogers mengidentifikasikan studi
mengenai diri sebagai sesuatu yang diperlukan kebanyakan orang awam dari
psikologi. Rogers juga menentukan cara manusia seharusnya bersikap, yaitu
individual dan berusaha keras, dengan istilah-istilah yang sangat terikat
dengan kebudayaan.
Maksudnya ialah peranan guru
dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanistik sebagai
fasilitator yang berperan aktif dalam menciptakan iklim kelas yang kondusif,
memperjelas tujuan belajar, membantu siswa untuk memanfaatkan cita-cita mereka
sebagai kekuatan pendorong belajar, menyediakan sumber belajar kepada siswa, dan
menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa
sebagaimana adanya.
B. Pandangan teori Abraham Maslow
Maslow mengembangkan teori
motivasi manusia yang tujuannya menjelaskan segala jenis kebutuhan manusia dan
mengurutkannya menurut tingkat prioritas manusia dalam pemenuhan. Berikut ini
hirarki kebutuhan menurut maslow.
Penjelasan dari gambar diatas
ialah dimulai dari kebutuhan fisiologis, fisioligis merupakan kebutuhan utama
setiap orang seperti makan, minum, tempat tinggal dan kehangatan. Apabila
kebutuhan fisiologis tidak terpenuhi, maka kebutuhan diatasnya (kebutuhan rasa
aman) tidak bisa terpenuhi. Jadi, kebutuhan fisiologis harus dapat dipenuhi
supaya mendapatkan rasa aman. Dan ketika sudah merasa aman, maka akan terpenuhi
atau yang terpeting kebutuhan berikutnya yaitu kebutuhan sosial. Ketika
kebutuhan sosial sudah terpenuhi maka yang terpenting adalah kebutuhan untuk
dihargai. Kemudian perhatian kita beralih pada pemenuhan kebutuhan intelektual.
Maka berlanjut pada kebutuhan diatasnya yaitu kebutuhan estetis seperti,
kerapian, kebersihan, keindahan dan keseimbangan. Dan yang terakhir dalam
kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, seperti
pemenuhan pribadi dan mencapai pontensi yang dimiliki. Kebutuhan ini melibatkan
keinginan yang terus-menerus untuk memenuhi potensi, untuk menjadi semua yang
kita bisa.
C. Kontribusi dan keterbatasan teori
pendekatan humanistik
Kontribusinya, teori humanistik
muncul sebagai pemberontakan terhadap psikologi perilaku dan psikodinamika.
Aliran humanistik mengingatkan kita akan pentingnya pengalaman manusia sebagai
individu dalam aspek-aspek penting dalam pengalaman manusia, dan humanistik
menyediakan model konseling yang sederhana dan efektif.
Keterbatasan teori ini telah
menghasilkan teori dan gagasan yang sangat sukar diuji dengan penelitian
ilmiah, karena pokok permasalahan dalam pengalaman pribadi manusia. Kemudian
banyak gagasan humanistik yang terkait dengan kebudayaan dan tidak mudah
diterapkan.
Dengan adanya kontribusi tersebut
maka dalam suasana pembelajaran dapat saling menghargai dengan adanya kebebasan
berpendapat dan kebebasan mengungkapkan gagasan. Selalu mengedepankan akan
hal-hal yang bernuansa demokratis dan partisipatif-dialogis. Tentunya bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap
fenomena sosial. Dan dalam pendidikan, indikator dari keberhasilan aplikasi ini
adalah siswa merasa senang dan bergairah, berinisiatif dalam belajar dan
terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri
Keterbatasan dalam pandangan
teori humanistik ini sama artinya dengan mengalami pembiasan terhadap nilai
individualistis. Peserta didik sebagian tentunya mengalami kesulitan dalam
mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri meraka.
ANALISIS
Menurut saya pemecahan studi kasus
yang dialami siswa yang bernama Aprilia Dwi Lestari ini cocok menggunakan Teori
Behavioristik, yaitu sebuah teori yang segala sesuatunya dibiasakan sehingga
menjadi suatu kebiasaan. Jika saya menjadi guru April, maka saya akan mendekati
dia (memberikan perhatian khusus), tetapi hal itu tidak diperlihatkan kepada
siswa yang lain. Menegur siswa-siswa yang suka mengejek, dan suka mengucilkan.
Memberikan bimbingan melalui diskusi-diskusi kecil di dalam kelas (diskuzi
zigsaw), mencoba untuk mengungkapkan pendapat satu sama lain, menukar informasi
dengan anggota kelompoknya. Selain itu, diawal dan akhir pertemuan selalu
diadakan pengulangan materi yang berupa pertanyaan-pertanyaan atau kuis kepada
masing-masing siswa, sehingga materi yang disampaikan pada saat itu maupun
minggu lalu benar-benar bisa diterima dan tidak hanya pada shot term memory,
tetapi juga sampai pada long term memory. Jika siswa tidak bisa menjawab, maka
akan ada hukuman berupa berdiri di depan kelas, menyanyi, bahkan diberikan
tugas khusus. Bersedia atau tidak, peserta didik akan belajar agar tidak
mendapat hukuman. Tanpa disuruh belajarpun, mereka akan tetap belajar karena
takut dihukum. Inilah teori behavioristik bahwa segala sesuatu harus
dipaksakan. Pihak keluarga khususnya orang tua lebih memperhatikan anaknya,
seorang anak dipaksakan untuk belajar. Jika tidak bersedia, maka uang jajan
akan dikurangi. Dengan demikian, adanya paksaan-paksaan akan menjadikan suatu
kebiasaan pada diri siswa.
Sumber :
1. http://suryanaintan.blogspot.com/2013/04/studi-kasus-beserta-pemecahannya.html
2. Jess dan Gregory Feist. 2010. Teori Kepribadian theories of Personality. Jakarta: Salemba Humanika